Senin, 20 April 2015

Bisa Nyetir Motor? Kudhu #BeraniLebih Nekat

Ini kisah saya saat SMA. Kata orang, belajar itu harus bertahap. Kalau kamu ingin bisa nyetir mobil, harus bisa nyetir motor dulu. Kalau ingin bisa nyetir motor, harus lincah mengendarai sepeda terlebih dahulu.

Persepsi ini menciutkan nyali saya yang kala itu sudah mupeng nyetir motor baru punya ayah. Saya harus menelan ludah menyaksikan kedua kakak berlatih mengendarai motor bebek itu. Pun harus menutup telinga rapat-rapat mendengar ledekan kakak.

Ya, meskipun sudah duduk di bangku SMA saya memang tidak bisa mengendarai sepeda karena takut. Tapi dalam hati saya yakin mengendarai motor itu lebih mudah daripada sepeda, karena keseimbangannya akan ditunjang oleh mesin motor. Jika dipacu semakin cepat maka akan semakin seimbang.

Melihat kerasnya keinginan saya, kakak sulungpun menawarkan untuk mengajari. Tak mudah memang, pertama kali belajar, kami jatuh dan kaca spion motor pun pecah. Kakak yang nomer tiga marah besar, dia sampai mengultimatum saya tidak boleh lagi belajar. Duh....sedih sekali hati ini.

Namun tak lama, beberapa bulan setelah itu saya mulai belajar lagi. Benar-benar dari awal, memasukkan dan mengeluarkan motor dari garasi dengan cara menuntun. Setelah dirasa cukup 'bersahabat' dengan motor itu, barulah saya berani memasukkan gigi motor dan mengendarai beberapa meter. Begitu setiap hari.

Di pagi yang sepi, timbullah rasa penasaran. Dengan modal nekat, saya tancap gas hingga sampai di alun-alun kota kecil kami. Alhamdulillah... bisa pulang dengan selamat. Dengan berbunga-bunga, saya ceritakan pengalaman perdana itu pada ibu, di luar perkiraan beliau mendukung kenekatan saya itu.

Ternyata memang saya harus #BeraniLebih nekat meski sering jatuh-bangun dan jadi bahan tontonan di jalanan. Yang penting tidak sampai tabrakan, pikir saya. Akhirnya saya bisa berangkat les di sekolah tanpa bergantung pada orang lain. Hingga prestasi terjauh adalah nyetir motor di jalanan kota Malang -yang asing bagi saya- ketika berangkat dan pulang UMPTN.

Ya begitulah, terkadang kita memang harus berani menantang pendapat umum dalam masyarakat. Selama itu hal yang positif dan tidak bertentangan dengan norma agama dan masyarakat, kenapa tidak?

316 kata
Tulisan diikutserakan pada Kompetisi Tulisan Pendek #BeraniLebih Komunitas Light of Women
FB : Maya Ummu Azka

1 komentar: