Rabu, 19 April 2017

Bebaskan Perempuan Dari Eksploitasi Iklan



Menyoal Iklan

Iklan merupakan nyawa bagi sebuah produk. Tanpa adanya iklan atau promosi, sebaik apapun produk itu tak akan dikenal dan bertahan lama di pasaran. Tak heran jika produsen rela memasukkan biaya pembuatan iklan yang cukup besar sebagai pengeluaran tetap bagi perusahaannya.

Melihat peluang tersebut, muncullah industri periklanan yang secara khusus bergerak di bidang produksi iklan. Mereka ibarat teman karib para produsen yang siap membantu mempromosikan produknya di tengah-tengah masyarakat.

Sebenarnya persoalan iklan ini sah-sah saja selama tidak berbenturan dengan norma agama serta norma-norma dalam masyarakat lainnya. Namun yang jadi permasalahan, kebebasan berekspresi sebagai salah satu hak yang mutlak ada dalam sistem demokrasi menjadikan iklan banyak melanggar norma-norma tersebut.

Eksploitasi Seksual Dalam Iklan


Satu pelanggaran yang akan kita bahas kali ini adalah masalah eksploitasi seksual dalam iklan. Berapa banyak sih iklan yang tak melibatkan perempuan sebagai obyek di dalamnya? Dari sekian banyak iklan yang menjadikan perempuan sebagai obyek, berapa banyak yang tidak mempertontonkan kemolekan tubuh perempuan?

Dari mulai iklan produk perawatan tubuh hingga pompa air dan produk otomotif, bertebaran tubuh perempuan. Bukankah itu adalah bentuk eksploitasi seksual? ‘Menjual’ tubuh perempuan demi melariskan dagangan. Itu adalah pelecehan terhadap harga diri dan kehormatan perempuan.

Perempuan cantik itu adalah yang tinggi langsing, berkulit putih mulus, berambut lurus tergerai. Tidakkah kita sadar, iklan itu menggiring kita untuk membelanjakan uang sebanyak mungkin membeli produk perawatan tubuh mereka, yang belum tentu itu sesuai dengan jenis kulit kita. Seremeh itukah nilai perempuan di mata dunia? Sementara siapapun tahu bahwa bentuk fisik adalah anugerah dari Sang Maha Pencipta yang tak mampu kita pilih sesuka kita.

Ada lagi produk pewangi pakaian. Di sana digambarkan, setelah menggunakan produk tersebut, sang perempuan berjalan menebar keharuman melewati sekumpulan lelaki. Dan dia terlihat sangat bangga dan sumringah ketika ada seorang lelaki mendekati dan membaui dekat dengan lehernya. Apakah sosok perempuan terhormat akan mengobral wangi pakaian dan tubuhnya di jalanan?

Kita akan semakin miris menyaksikan tubuh perempuan menjadi pemanis dan pelaris dalam pameran otomotif, ataupun sekedar menjual rokok dan minuman suplemen di jalanan. Dengan pakaian minim dan senyum menggoda para SPG berusaha menarik calon konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Meski untuk itu mereka rela mendapatkan godaan dan colekan melecehkan dari lelaki jahil.

Berapa Harga Perempuan?


Tanyakanlah hal itu pada para produsen. Berapa harga perempuan pemanis dalam iklan yang mereka produksi? Lalu takarlah dengan hati nurani, pantaskah itu didapatkan oleh perempuan yang hakikatnya menempati tempat mulia sebagai tiang negara?

Lalu tanyakanlah hal itu pada negara yang tak punya nyali untuk menjaga kehormatan perempuan-perempuannya. Berapa harga perempuan sehingga mereka tak sanggup melindungi kaum itu dari eksploitasi yang tak kunjung henti?

Tidakkah kaum perempuan menyadari betapa berharganya mereka. Sang Pencipta melindungi kecantikan tubuhnya dengan hijab. Agar tak sembarang orang menikmati meski hanya lewat tatapan matanya. Allah pun menjaganya dengan seperangkat aturan agar tubuh perempuan tak tersentuh sembarang tangan. Hanya lelaki yang berani bersumpah di hadapan Allah untuk menjaganya sepanjang hayat, dialah yang berhak atas tubuhnya.

Sosok perempuan juga begitu berarti bagi kehidupan ini. Dia sangat berharga bagi tegaknya sebuah peradaban negara. Allah Azza Wa Jalla menempatkan perempuan dalam kedudukan yang sangat mulia. Sebagai ibu ada surga di bawah kakinya. Dialah arsitek yag akan melahirkan generasi-generasi pemimpin dunia. Dan harga itu tak akan terbayar oleh jutaan dolar milik para pengusaha, karena Allah akan menganugerahi dengan kenikmatan surga.

Bebaskan Dari Belenggu!


Bisakah kaum perempuan bebas dari belenggu eksploitasi dunia periklanan serta  segala bentuk eksploitasi lainnya? Tentu bisa. Jika paradigma masyarakat kita ubah bersama-sama. Bahwa pada hakikatnya kebebasan berekspresi sebagai buah dari liberalisme (paham kebebasan) akan menjerumuskan kita ke dalam jurang kenistaan.

Kreativitas beriklan sebenarnya bisa diasah tanpa harus melanggar norma-norma yang ada. Jika kita ingat di tahun 90-an ada sebuah iklan yang menonjolkan keindahan alam Indonesia tanpa embel-embel perempuan. Dan karya itu terpilih sebagai iklan terbaik selama beberapa periode.

Semakin taat para pekerja seni pada nilai agama, semakin kreatif pula ide-ide yang tertuang. Mereka bisa mengeksplor keindahan alam, atau menggunakan tema-tema abstrak, bahkan mengangkat isu-isu sosial kemasyarakatan.

Kita juga harus berjuang hancurkan kapitalisme. Sistem yang menjadikan uang dan kekayaan materi sebagai tuhan, sehingga kemolekan perempuan pun diperjualbelikan dengan dalih seni dan profesi. Sistem yang bersendikan sekularisme ini pula yang membuat kita jauh dari aturan Sang Pencipta dalam kehidupan, karena menganggap  Sang Pencipta tak layak mengatur aktivitas hidup bermasyarakat.

Dan satu-satunya yang akan mengembalikan perempuan dalam kedudukan mulianya adalah dengan penerapan aturan Ilahi dalam kehidupan. Khilafah adalah satu-satunya institusi yang menerapkan aturan Islam kaffah karena dasar keimanan pada Allah. Institusi ini menjadi  junnah atau perisai bagi warganya, pelindung atas kehormatan, darah, nyawa serta harta mereka. Termasuk juga menjaga martabat perempuan sebagai mahluk terhormat.

Khilafah tak sedikitpun membiarkan perempuan menjadi objek eksploitasi meski dengan alasan apapun termasuk ekonomi. Dengan mekanisme teknis dan kebijakan yang terintegrasi, Khilafah menjamin kebutuhan rakyatnya terpenuhi dengan cara yang dihalalkan syari’at.

So, apalagi yang dicari perempuan jika dalam naungan Khilafah kehormatannya akan terjaga dan hidupnya akan sejahtera?





Tidak ada komentar:

Posting Komentar