Menyoal Iklan
Iklan merupakan nyawa bagi sebuah
produk. Tanpa adanya iklan atau promosi, sebaik apapun produk itu tak akan dikenal
dan bertahan lama di pasaran. Tak heran jika produsen rela memasukkan biaya
pembuatan iklan yang cukup besar sebagai pengeluaran tetap bagi perusahaannya.
Melihat peluang tersebut,
muncullah industri periklanan yang secara khusus bergerak di bidang produksi
iklan. Mereka ibarat teman karib para produsen yang siap membantu mempromosikan
produknya di tengah-tengah masyarakat.
Sebenarnya persoalan iklan ini
sah-sah saja selama tidak berbenturan dengan norma agama serta norma-norma
dalam masyarakat lainnya. Namun yang jadi permasalahan, kebebasan berekspresi
sebagai salah satu hak yang mutlak ada dalam sistem demokrasi menjadikan iklan
banyak melanggar norma-norma tersebut.
Eksploitasi Seksual Dalam Iklan
Satu pelanggaran yang akan kita
bahas kali ini adalah masalah eksploitasi seksual dalam iklan. Berapa banyak
sih iklan yang tak melibatkan perempuan sebagai obyek di dalamnya? Dari sekian
banyak iklan yang menjadikan perempuan sebagai obyek, berapa banyak yang tidak
mempertontonkan kemolekan tubuh perempuan?
Dari mulai iklan produk perawatan
tubuh hingga pompa air dan produk otomotif, bertebaran tubuh perempuan.
Bukankah itu adalah bentuk eksploitasi seksual? ‘Menjual’ tubuh perempuan demi
melariskan dagangan. Itu adalah pelecehan terhadap harga diri dan kehormatan
perempuan.
Perempuan cantik itu adalah yang
tinggi langsing, berkulit putih mulus, berambut lurus tergerai. Tidakkah kita
sadar, iklan itu menggiring kita untuk membelanjakan uang sebanyak mungkin
membeli produk perawatan tubuh mereka, yang belum tentu itu sesuai dengan jenis
kulit kita. Seremeh itukah nilai perempuan di mata dunia? Sementara siapapun
tahu bahwa bentuk fisik adalah anugerah dari Sang Maha Pencipta yang tak mampu
kita pilih sesuka kita.
Ada lagi produk pewangi pakaian.
Di sana digambarkan, setelah menggunakan produk tersebut, sang perempuan
berjalan menebar keharuman melewati sekumpulan lelaki. Dan dia terlihat sangat
bangga dan sumringah ketika ada seorang lelaki mendekati dan membaui dekat
dengan lehernya. Apakah sosok perempuan terhormat akan mengobral wangi pakaian
dan tubuhnya di jalanan?
Kita akan semakin miris
menyaksikan tubuh perempuan menjadi pemanis dan pelaris dalam pameran otomotif,
ataupun sekedar menjual rokok dan minuman suplemen di jalanan. Dengan pakaian
minim dan senyum menggoda para SPG berusaha menarik calon konsumen untuk
membeli produk yang ditawarkan. Meski untuk itu mereka rela mendapatkan godaan
dan colekan melecehkan dari lelaki jahil.
Berapa Harga Perempuan?
Tanyakanlah hal itu pada para
produsen. Berapa harga perempuan pemanis dalam iklan yang mereka produksi? Lalu
takarlah dengan hati nurani, pantaskah itu didapatkan oleh perempuan yang
hakikatnya menempati tempat mulia sebagai tiang negara?
Lalu tanyakanlah hal itu pada
negara yang tak punya nyali untuk menjaga kehormatan perempuan-perempuannya.
Berapa harga perempuan sehingga mereka tak sanggup melindungi kaum itu dari
eksploitasi yang tak kunjung henti?
Tidakkah kaum perempuan menyadari
betapa berharganya mereka. Sang Pencipta melindungi kecantikan tubuhnya dengan
hijab. Agar tak sembarang orang menikmati meski hanya lewat tatapan matanya.
Allah pun menjaganya dengan seperangkat aturan agar tubuh perempuan tak tersentuh
sembarang tangan. Hanya lelaki yang berani bersumpah di hadapan Allah untuk
menjaganya sepanjang hayat, dialah yang berhak atas tubuhnya.
Sosok perempuan juga begitu berarti
bagi kehidupan ini. Dia sangat berharga bagi tegaknya sebuah peradaban negara.
Allah Azza Wa Jalla menempatkan perempuan dalam kedudukan yang sangat mulia.
Sebagai ibu ada surga di bawah kakinya. Dialah arsitek yag akan melahirkan
generasi-generasi pemimpin dunia. Dan harga itu tak akan terbayar oleh jutaan
dolar milik para pengusaha, karena Allah akan menganugerahi dengan kenikmatan
surga.
Bebaskan Dari Belenggu!
Bisakah kaum perempuan bebas dari
belenggu eksploitasi dunia periklanan serta
segala bentuk eksploitasi lainnya? Tentu bisa. Jika paradigma masyarakat
kita ubah bersama-sama. Bahwa pada hakikatnya kebebasan berekspresi sebagai
buah dari liberalisme (paham kebebasan) akan menjerumuskan kita ke dalam jurang
kenistaan.
Kreativitas beriklan sebenarnya
bisa diasah tanpa harus melanggar norma-norma yang ada. Jika kita ingat di
tahun 90-an ada sebuah iklan yang menonjolkan keindahan alam Indonesia tanpa
embel-embel perempuan. Dan karya itu terpilih sebagai iklan terbaik selama
beberapa periode.
Semakin taat para pekerja seni
pada nilai agama, semakin kreatif pula ide-ide yang tertuang. Mereka bisa mengeksplor
keindahan alam, atau menggunakan tema-tema abstrak, bahkan mengangkat isu-isu
sosial kemasyarakatan.
Kita juga harus berjuang
hancurkan kapitalisme. Sistem yang menjadikan uang dan kekayaan materi sebagai
tuhan, sehingga kemolekan perempuan pun diperjualbelikan dengan dalih seni dan
profesi. Sistem yang bersendikan sekularisme ini pula yang membuat kita jauh
dari aturan Sang Pencipta dalam kehidupan, karena menganggap Sang Pencipta tak layak mengatur aktivitas
hidup bermasyarakat.
Dan satu-satunya yang akan
mengembalikan perempuan dalam kedudukan mulianya adalah dengan penerapan aturan
Ilahi dalam kehidupan. Khilafah adalah satu-satunya institusi yang menerapkan
aturan Islam kaffah karena dasar keimanan pada Allah. Institusi ini menjadi junnah atau
perisai bagi warganya, pelindung atas kehormatan, darah, nyawa serta harta
mereka. Termasuk juga menjaga martabat perempuan sebagai mahluk terhormat.
Khilafah tak sedikitpun
membiarkan perempuan menjadi objek eksploitasi meski dengan alasan apapun
termasuk ekonomi. Dengan mekanisme teknis dan kebijakan yang terintegrasi,
Khilafah menjamin kebutuhan rakyatnya terpenuhi dengan cara yang dihalalkan
syari’at.
So, apalagi yang dicari perempuan
jika dalam naungan Khilafah kehormatannya akan terjaga dan hidupnya akan
sejahtera?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar