Matahari kian meninggi, namun tak
menyurutkan langkah kaki Rani menuju perpustakaan kota. Di sanalah dia akan
bertemu Aldo, kakak kelasnya yang jago matematika.
Sudah beberapa kali Rani minta
diajari mengerjakan tugas matematika di waktu istirahat pelajaran, terakhir Aldo
mengajak bertemu di perpustakaan kota. Agar bisa lebih leluasa mengajari,
begitu katanya.
Begitu memasuki ruang
perpustakaan, mata gadis berkerudung hijau pupus itu tertumbuk pada sosok
berkemeja krem di sudut ruangan. Segera dihampirinya lelaki itu.
“Ehm, dah lama nunggu, Kak?” Sapa
Rani,
Sosok itu nampak terkejut,
secepat kilat diraihnya tas yang tadi tergeletak di meja dan diletakkan begitu
saja di kolong.
“Eh..., nggak. Nggak lama. Ayo
duduk!” Jawabnya
Dengan santai Rani mengambil
posisi di hadapan Aldo, membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku paket matematika
kelas 11. Tak lama kemudian mereka asyik membahas soal-soal statistika di buku
itu.
***
Aldo mendongak melihat jam
dinding perpustakaan yang terletak persis di atas Rani.
“Sudah jam 4 kurang 10 menit, Ran.
Sebentar lagi perpustakaan tutup.” Ujarnya,
“Aduh... tanggung nih, padahal
masih satu soal lagi.” Sahut Rani sambil tetap menulis.
“Hmm...”
“Oya, Rani ingat sekarang tanggal
berapa?” Lanjut Aldo setengah berbisik,
Dengan cuek, Rani menjawab “Tanggal
14 Februari. Udah ah, jangan diajak ngomong terus... lagi serius.”,
“Rani... i just wanna ask you to
be my Valentine.” Bisik Aldo sambil mengulurkan sebuah cincin perak dengan
lambang hati,
Seketika Rani menghentikan
aktivitasnya, Dia membelalakkan mata sipitnya.
“What???” Tanyanya setengah
berteriak, beberapa pasang mata melihat ke arah mereka.
Aldo terkejut, tak menyangka akan
mendapatkan respon seperti itu. Dengan tergesa Rani memasukkan buku dan alat
tulisnya lalu bangkit dan berlari keluar.
“Rani, tunggu!” Teriak Aldo di
belakangnya.
***
“Rani, kamu kenapa? Kamu nggak
suka?” Tanya Aldo saat mereka sudah berada di luar perpustakaan.
Rani berhenti, dia membalikkan
badannya dan menatap Aldo dengan marah.
“Kakak nggak tau? Aku ini anak
Rohis. Kerudungku aja selebar ini, bisa buat terbang! Siapapun juga tau, anak
Rohis nggak Valentin-an. Aku anti pacaran, tauk!” Jawabnya dengan marah. Gadis
itu tersinggung berat.
Aldo terdiam, Rani segera berlari
pulang meninggalkan kebisuan.
***
“Teganya Kak Aldo! Masa’ Rani
disamain sama cewek-cewek yang mau aja dipacarin. Masa’ Rani dianggap cewek
murahan!” Ungkap Rani pada Bundanya. Dia biarkan air matanya mengalir membasahi
pundak Bunda tercinta.
Bunda membelai kerudung Rani
dengan lembut, “Rani sayang, ingat tidak pesan Bunda ketika Rani lulus SMP?”
Rani menerawang ke masa itu.
Sepulang acara wisuda kelulusan
SMP, dia berdua saja dengan Bunda di dalam angkot menuju ke rumahnya. Bunda
tampak bangga dengan kelulusan Rani, sekaligus cemas.
“Rani, sekarang anak Bunda makin
besar. Ibarat bunga, semakin mewangi. Jaga pergaulanmu baik-baik, ya Nak. Kasihani
Almarhum Abah juga...”
“Bunda bersyukur Rani sudah
berhijab sempurna, dengan jilbab dan kerudung lebar. Tapi godaan pergaulan tak
akan pernah surut. Ingat syari’at agama kita...” Lanjut Bunda,
Rani tertawa kecil, “Alah... Rani
ngerti, kok. Nggak boleh pacaran, kan? Rani nggak mau pacaran, maunya nikah
aja.”
Bunda tersenyum tipis, “Bukan Cuma
pacarannya, Nak. Tapi jalan menuju ke sana juga harus kamu hindari. Berakrab-akrab,
berdua-duaan dengan laki-laki juga harus dijauhi. Kita tidak tahu pintu masuknya
syaithon itu dari mana.”
“Gampang lah itu, Bunda... Lagian
cowok juga kalo liat yang pakaiannya kayak gini mana mau ndeketin.” Sahut Rani
sambil menjentikkan jarinya.
***
Kini Rani faham, dia sudah
merasakan apa yang dikhawatirkan Bunda. Kelalaiannya membuahkan noda di hati
Aldo, dan juga di hatinya. Dia nyaris terseret...
Air matanya semakin deras,
dipeluknya Bunda erat-erat.
“Ampuni Hamba, ya Allah... Hamba
salah, hamba telah lalai. Hamba akan lebih menjaga pergaulan hamba sebagaimana
rambu-rambu yang telah Kau gariskan.”
Bunda menitikkan air mata dalam
keharuan, Ia bahagia putrinya telah kembali sebelum terjerumus lebih dalam.
(Rawagede, 20/01/2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar