Jumat, 06 Desember 2013

CEKAL VIRUS PENGHUJUNG TAHUN




Gak lama lagi, akhir tahun akan menjelang. Biasanya kalo udah kayak gini, remaja kayak kita dikepung virus. Ah...iyalah, kan musim penghujan banyak virus penyakit. Eh, bukan yang itu..... virus yang akan kita bahas ini lebih dahsyat dari virus yang menyerang tubuh manusia. Virus apakah itu? Taraaaa... virus yang lebih membahayakan karena bisa menggerogoti akidah kita, yaitu virus perayaan Natal dan Tahun Baru.
Gak dipungkiri, masih banyak di antara kita yang terjangkiti virus itu. Dengan alasan toleransi  ikut mengucapkan selamat, menghadiri pestanya, memasang pohon natal, dan ikut berdandan a la santa. Coba deh, intip pusat perbelanjaan dan juga televisi yang menjadikan Natal sebagai tema penarik minat konsumen. Dua hal yang dekat dengan kehidupan remaja itu mulai terjangkiti virus penghujung tahun, bahkan sejak pergantian bulan November ke Desember!
Alah... nggak usah terlalu fanatik, deh! Masa’ kita gak boleh toleran sama teman yang merayakan?
Mungkin ada yang berpikiran demikian. Kan kita dah sepakat nih..., kalo Syari’at Islam itu standar perbuatan kita, maka makna ‘toleransi’-nya juga kudhu ngikut aturan Islam. Alloh SWT berfirman dalam QS.Al-Kafirun ayat  1-6 yang artinya :
Katakanlah ‘Hai orang-orang kafir’; Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah; Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah; Dan aku tidak akan  menjadi penyembah apa yang kamu sembah; dan kamu tidak menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah; Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”
Nah... untuk segala hal yang berhubungan dengan ibadah, keyakinan dan ritualitas keagamaan, kita gak boleh ikut campur. Singkat kata : Lu = lu, gue= gue. Dan perayaan Natal itu terkait keyakinan dan ritualitas keagamaan. Perayaan Natal, memiliki makna ‘Memperingati dan menghayati kelahiran Yesus Kristus’ (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas terbitan Balai Pustaka). Menurut orang-orang nasrani, Yesus (dalam Islam disebut dengan ‘Isa) dianggap sebagai anak Tuhan. Beda banget dengan syariat Islam yang mengimani bahwa Nabi ‘Isa AS bukanlah anak Tuhan, melainkan salah satu nabi dari nabi-nabi Alloh. So, kita sebagai muslim gak boleh ikut-ikutan di dalamnya, termasuk ngucapin selamat dan hadir dalam pestanya.
Lha itu kalo Natal. Gimana dengan perayaan tahun baru masehi? Tau nggak sih, teman-teman... sejarah tahun baru masehi erat kaitannya dengan tradisi paganisme (penyembahan berhala). Ini sejarahnya : Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke-46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu - See more at: http://www.voa-islam.com/read/christology/2012/12/31/22574/#sthash.xL3pmQrg.dpuf
Nah...gak jauh beda dengan perayaan Natal, tradisi tahun baru Masehi bukanlah milik kita, kaum Muslim. Jadi nggak layak dan nggak perlu, bahkan bahaya bagi aqidah dan keimanan kalo kita nekat merayakannya. Rasulullah SAW pernah bersabda,
Barangsiapa yang menyerupai suau kaum, maka dia adalah bagian dari mereka (kaum tersebut”(HR.Ahmad dan Abu Dawud)
            Be carefull yaaa... antisipasi virus di penghujung tahun, siapkan jurus penolakan dengan bijak. InsyaaAlloh kalo cara kita baik, dan kita tunjukkan ketegasan maka tidak susah untuk menolaknya.
***
Pondok Melati, 06-12-2013




Tidak ada komentar:

Posting Komentar