Sabtu, 21 September 2013

titik balik (1)

Seorang gadis belia, memasuki momen penting dalam hidupnya. Dia menjadi seorang mahasiswi di sebuah PTN yang jauh dari kota tempat tinggalnya.

Bukan, bukan status mahasiswa-lah yang membuatnya berbunga-bunga, tapi...hidup jauh dari orangtua-lah yang membahagiakan dirinya. Ya, jiwa muda yang menggelegak di dadanya membuat sumpek dengan segala aturan rumah yang seakan-akan mengekang kebebasannya. Dengan berjauhan dari orang tua, maka dia bebas melakukan apapun yang dia suka.

Bukan... sebenarnya gadis ini bukan cewek liar tukang keluyuran. Dia anak baik-baik yang tidak suka berdiam diri di rumah, dia suka berorganisasi dan aktif dalam berbagai kepanitiaan. Itulah yang membuatnya sering keluar rumah, dan orang tuanya sering berkeberatan dengan segala aktivitasnya.

Kini saatnya bagi si gadis membuktikan bahwa dia sanggup menjaga diri dan kehormatan dengan segala kesibukan di dunia barunya. Terbayang di benaknya bahwa kelak dia akan menjadi seorang aktivis kampus.

Tak punya kakak kelas alumnus SMAnya di kampus baru itu, si gadis tak berkecil hati. Berbekal keyakinan, dia dekati stand lembaga dakwah kampus untuk mencari info rumah kost. akhirnya dia memperolah rumah tumpangan sementara... lumayan lah sambil mencari-cari kost yang kosong selama masa orientasi.

Si gadis bertekad mengikuti setiap kegiatan kampus dengan penuh semangat, termasuk malam keakraban. Bersama beberapa orang temannya dia nekat pergi malam itu, meski kampus cukup dekat dari rumah tumpangan, tak urung dia 'keder' juga keluar malam-malam, aah...demi pengalaman biar sajalah...pikirnya.

Setelah asyik menikmati lantunan 'Foolish Game' dari seniornya, si gadis terhenyak melihat kakak dari rumah tumpangannya datang. Tanpa basa-basi sang kakak A menghampiri panitia makrab, dan menasehatinya panjang lebar. Sedikit kata yang bisa dia tangkap dari lisan akhwat berjilbab lebar itu, "Kalau adik-adik kita ini pulang malam, dan terjadi apa-apa dengan mereka, memangnya Anda mau tanggung jawab?", panitia hanya bisa diam. lalu si gadis diajak pulang oleh Kakak A.

Ada rasa berkecamuk di dada gadis, protes terhadap sikap Kakak A yang 'bawel', namun di sisi lain kagum pada keberaniannya, dan juga merasa beruntung ada teman pulang.

Di rumah tumpangan itu Dia mendapat banyak pengalaman berharga. Ikhlas itu rela meminjamkan gamis terbaik dan mau mencucinya saat yang meminjam tidak sempat mencucinya (meski telah merendamnya semalaman), ukhuwah itu... mau membantu temannya yang kerepotan mengerjakan tugas ospek meski dia sendiri belum menyelesaikan tugasnya.

Dia juga belajar bertanggungjawab atas pekerjaan rumah yang selama ini tak pernah dihandle-nya. Menyapu, mengepel pagi-pagi sebelum berangkat ke kampus, menyiapkan air minum untuk teman serumah.

HIngga akhirnya dia pergi dari rumah itu karena sudah menemukan tempat kost. Namun hatinya tak bisa pergi begitu saja. Sepekan sekali dia mengkaji ilmu Islam di sana, bhkan tak jarang menginap karena kemalaman atau asyik mengobrol dengan teman seangkatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar