Saya adalah ibu dari tiga anak perempuan yang masih berusia balita. Sebagaimana ibu
rumahtangga lainnya, dunia anak-anak adalah dunia saya, begitupun sebaliknya
dunia saya juga dunia mereka. Hari-hari saya penuh diisi dengan tawa, tangis,
senyum, dan keributan-keributan kecil dari tiga bidadari saya itu.
Sebagai
pendidik pertama dan utama bagi anak, saya berusaha benar-benar selektif dalam
segala hal. Mulai dari memilihkan makanan yang halal dan thoyyib, memilihkan
lingkungan bermain yang kondusif bagi perkembangan mental anak, sampai pada
mencarikan sekolah yang sejalan dengan visi-misi kita sebagai seorang muslim
yang berusaha untuk berislam secara kaffah. Semua harus dilakukan secara teliti
agar tidak ada penyesalan di akhirat nanti.
Benar
kata orang bahwa mendidik anak bukanlah sesuatu hal yang mudah, apalagi hidup
di tengah-tengah masyarakat yang tidak diatur dengan Islam. Dimana banyak aksi
kejahatan merajalela, mulai dari perampasan, bullying, hingga pelecehan seksual. Belum lagi soal keberadaan
tayangan televisi yang seharusnya bisa menjadi alternatif hiburan yang murah
dan mendidik, ternyata malah banyak tayangannya yang mengandung nilai-nilai
yang jauh dari Islam. Kesulitan ini
diperparah dengan semakin maraknya pergaulan bebas antara laki-laki dan
perempuan yang kini mulai merambah ke dunia anak-anak, sehingga tak heran jika
anak TK pun sudah mulai akrab dengan istilah pacaran.
Tak
bisa dipungkiri bahwa benturan antara idealisme dalam mendidik anak dengan
kondisi masyarakat yang tidak islami kerap terjadi. Saat saya berusaha menjaga
asupan makanan anak, seringkali teman bermainnya memakan makanan yang tak jelas
kehalalannya di hadapan anak saya. Atau saat saya mulai membiasakan anak
menutup aurat setiap keluar rumah, fakta di luar memperlihatkan kepada mereka
bahwa banyak perempuan dewasa yang mengumbar auratnya tanpa malu-malu. Aduh...benar-benar
memusingkan.
Lantas saya membayangkan, jika aturan Islam diterapkan
secara kaffah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, para ibu seperti
saya pasti tidak lagi berada dalam kondisi dilematis dalam mendidik anak.
Bahkan aktivitas mendidik dan mengasuh anak akan terasa lebih indah, mudah dan
menyenangkan. Untuk soal makanan saja, para ibu akan terbantu dengan kebijakan
negara yang akan mengatur produksi dan peredaran makanan, bahwa yang boleh
diproduksi dan diedarkan di pasaran umum hanyalah makanan yang halal dan
thoyyib saja.
Aktivitas menonton televisi pun bisa menjadi alternatif
hiburan yang aman bagi anak. Aman dari pornoaksi-pornografi, aman dari tayangan
kekerasan, dan tayangan lain yang banyak mudhorot-nya.
Karena Islam mengharamkan pornografi dan pornoaksi, tentu saja pemerintah
berkewajiban menyeleksi program-program tayangan televisi dengan ketat.
Termasuk juga soal sekolah,
bukankah di dalam Islam pendidikan adalah kebutuhan vital? Sehingga pemerintahan
Islam punya kewajiban untuk menjamin pendidikan bagi warganya, baik itu dari
segi kualitas, maupun juga biayanya. Anak-anak kita bisa mengenyam pendidikan
di sekolah yang berkualitas dari sisi keimanan dan intelektualitas, dengan
biaya sangat terjangkau.
Sejarah akan terulang, dimana
dulu Khalifah Umar Bin Khathab pernah menggaji guru sebesar 15 Dinar. Dinar
merupakan mata uang yang terbuat dari bahan logam mulia emas, dimana 1 Dinar setara
dengan 4,25 gram emas. Subhanalloh..., silakan hitung sendiri betapa besarnya
perhatian Islam terhadap dunia pendidikan. Sehingga tidak hanya para ibu yang
senang karena pendidikan anaknya terjamin, tapi para guru juga tenang karena
kehidupannya terjamin.
Masyarakat
yang diatur dengan syari’at Islam yang kaffah adalah masyarakat yang berjiwa
amar ma’ruf nahyi munkar. Jika mereka melihat ada anggota masyarakat yang berbuat
kemaksiatan, maka mereka tak akan segan untuk menegurnya. Hal ini sangat
menguntungkan para ibu dalam mengasuh anak, karena secara tidak langsung
masyarakat di lingkungannya ikut serta ‘mengasuh’ anaknya dengan suasana
lingkungan yang islami.
Soal
menutup aurat? Para ibu jangan kuatir. Menutup aurat adalah kewajiban setiap
muslim yang sudah baligh, maka jika ada yang coba-coba membuka auratnya di
depan umum, maka anggota masyarakat yang lain akan segera mengingatkan. Jika
pelakunya masih ngotot, maka pemerintah akan segera turun tangan. Jadi, tidak
akan ada lagi pameran paha dan dada seperti yang terjadi di masyarakat kita
sekarang. Dan program kita untuk membiasakan anak menutup aurat sedari kecil
akan bisa terlaksana dengan sukses.
Sanksi
kejahatan dalam syari’at Islam selain berfungsi sebagai penebus dosa, juga
berfungsi sebagai pencegah. Ketegasan pemerintah dalam menerapkan sanksi bagi
setiap pelaku kejahatan akan mampu mencegah anggota masyarakat yang lain dari melakukan
kejahatan. Tentu saja hal ini akan mengurangi tingkat kekhawatiran para ibu
saat melepas buah hatinya ke sekolah ataupun untuk pergi bermain.
Subhanalloh
ya, benar-benar indah dan mudah mendidik anak di dalam naungan syari’at Alloh.
Apakah itu hanya mimpi saya saja? Tentu tidak, bukankah Alloh SWT sudah
berjanji :
“Jikalau sekiranya penduduk
negri-negri itu beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan limpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri”.(QS.
Al-A’raf :96).
Dan
Rasululloh Muhammad SAW juga telah bersabda,
“Di
tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada.
Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak
mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.
Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya
jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan
(kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada.
Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.
Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga
ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali
Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR
Ahmad dan al-Bazar).
Tegaknya syari’at Alloh secara sempurna di muka bumi
ini adalah suatu kepastian. Kita sebagai seorang muslim yang menginginkan
kehidupan terbaik untuk anak-keturunannya, tentu saja tidak akan
tinggal diam, tetapi berusaha untuk mengambil bagian dalam usaha penegakannya.
*************************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar