Kamis, 19 Januari 2017

Di Balik "Pengantin Belia"

Taraa... buku antologi keempatku hadir sudah. Kali ini bertitel "Pengantin Belia". Ups, provokatif kah? Ah... enggak lah. Judulnya cukup netral : pengantin belia, bukan : menikah muda lah! Kalo bagi sebagian orang dinilai provokatif itu karena mereka belum beli bukunya...suerrr. So, untuk membuktikan cukup beli dan nikmati buku ini dengan sepotong kue coklat.... nah, manis kan? (e'eh... ngiklan deh)



Ahay, cukuplah seputar judulnya. Buku ini cukup istimewa dibanding ketiga yang lain, karena mengalami proses yang sangat panjang dan melelahkan.

Tahun 2013, berawal dari bisik-bisik dengan tetangga... tetangga di fesbuk maksudnya. Kami cukup prihatin melihat pernikahan di usia muda disudutkan, dianggap biang kerok perceraian, dianggap negatif deh... Meski beberapa penulis saat itu belum menikah, namun kami satu ide : pernikahan di usia muda itu bukanlah masalah.

Kami berlima sepakat mengemasnya dalam bentuk kumpulan cerpen agar mudah dicerna oleh anak muda dan tidak terkesan menggurui.

Awal tahun 2014 draft kumcer pun sudah jadi. Kata pengantar sudah didapatkan. Namun jarak yang berjauhan, lintas propinsi lintas pulau, ternyata tak bisa dipungkiri menjadi tantangan saat hendak maju ke penerbit. Beberapa kali ditolak penerbit serta kesibukan masing-masing membuat kami rehat, yang awalnya cuma sejenak jadi berjenak-jenak, hehehe...

Aku dan Yuni adalah ibu rumah tangga dengan krucil lebih dari satu yang sedang aktif-aktifnya, ditambah lagi sebagai aktivis dakwah. Sementara Khonza sedang mempersiapkan pernikahannya, Ukhtyan sang aktivis kampus dan Khalifa sang guru juga tak kalah sibuk.

Pertengahan 2014...
Aku mengandung anak ke-4, kondisinya cukup payah. Tak sempat lagi memikirkan nasib draft kami yang gagal masuk ke penerbit mayor. Ketika debay lahir, kondisinya semakin rempong.

Awal 2016 kami mulai melirik-lirik lagi draft itu. Barulaah di pertengahan 2016 ada secercah titik terang. Kami memutuskan menerbitkan secara indie dengan berbagai pertimbangan, meski untuk itu harus merogoh kocek masing-masing.

Setelah masuk percetakan pun masih ada saja masalah. Pengeditan yang kurang maksimal membuat kami harus merevisi beberapa bagian. Barangkali kami sudah lelah sehingga kurang bersungguh-sungguh saat mengedit, hahaha...
Alhamdulillah... belum naik cetak, sehingga tidak harus mengeluarkan biaya dua kali lipat.

Dan... orok itupun lahir di awal tahun 2017 setelah dikandung selama 4 tahun! Kedua jomblowati -tyan dan khalifa- pun sudah berganti status. Selamat ya bu-ibuuu...

Legaaa.... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar