Senin, 20 April 2015

Bumer, Another Beautifull Gift From Allah

Jika berbicara tentang sosok 'mertua', yang terbayang di benakku adalah sosok bawel, suka ngatur dan menganggap menantunya sebagai saingan yang telah merebut anaknya. Hohoho... Anda benar, aku terlalu terpengaruh sinetron. Kebetulan beberapa waktu sebelum sang suami melamar, sedang tayang sinetron "Anak, Menantu dan Mertua" yang dibintangi Ibu Mieke Wijaya dan Dwi Yan.

Di awal pernikahan aku sangat berhati-hati menghadapi ibu mertua, terlebih suamiku adalah anak lelaki satu-satunya dalam keluarga tersebut.
Psstt... tetangga Beliau pernah cerita kalau Ibu pernah kepergok menangis di rumahnya karena kami memilih tinggal bersama orangtuaku di Jakarta daripada tinggal bersama Beliau di kampung halaman
.

Terkadang aku merasa beliau terlalu mengintervensi urusan rumah tangga kami, sangat mengganggu bagi sosok yang semau gue sepertiku. Puncaknya adalah ketika di tahun ketiga pernikahan aku tak jua kunjung hamil. Saran Beliau untuk mengadopsi anak sangat  menyinggung perasaanku. Akibatnya, aku dan suami jadi bertengkar hebat. Dan itu kala pertama aku menyaksikan suamiku menangis hingga tersedu, betapa sedih hatinya menyaksikan kedua perempuan yang dikasihi tidak bisa akur.

Dari situ aku banyak belajar ber-possitive thinking pada ibu mertua. Aku amati orang-orang di sekeliling Beliau, betapa mereka sangat menyayangi Ibu. Sikap perhatian dan ringan tangannya membuat mereka tak segan melakukan apapun untuk membalas kebaikan Beliau. Akupun merenung, betapa selama ini Beliau begitu perhatian dan sayang padaku, jauh dari sosok ibu mertua dalam sinetron di atas.

Perlahan kami  mulai membangun hubungan yang harmonis. Setiap bertemu, kami sering bercerita tentang masa muda Beliau dan banyak hal lainnya. Ketika bercerita, aku merasa menjadi temannya, tidak ada kesan "Ibu lebih tahu dan lebih hebat dari kamu". Terlebih ketika si sulung lahir, nyaris semua perlengkapan bayi Beliau sediakan, dan hampir dua bulan Beliau menginap di rumah khusus untuk merawat si sulung.

Ibu dan bapak mertua
Ibu mertua, Beliau ada di sisi ketika aku dirawat di rumah sakit.  Begitupun Beliau ikut pontang-panting di bandara bersama kedua putriku yang masih balita ketika kami harus mengejar penerbangan ke Malang tatkala Ayahku meninggal dunia. Beliau koki andalan keluarga yang sigap memanjakan lidah kami, tanpa membedakan anak dan menantu.

Banyak hal yang kupelajari dari Beliau, banyak pula yang kukagumi. Salah satunya adalah tidak pernah perhitungan saat membantu orang lain meski di saat Beliau sendiri kesusahan. Mengenal Beliau, membalikkan persepsiku tentang sosok mertua dan hubungannya dengan menantu.

Ibu mertuaku, another beautifull gift from Allah.









3 komentar:

  1. Suka banget sama ini: 'Ibu mertuaku, another beautifull gift from Allah'.
    Semoga Ibu mertuanya sehat selalu ya Mak ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih dah mampir ya, mak... aamiin, makasih juga do'anya^^
      cantumin nama blognya dong, mak... pengen mampir :)

      Hapus
  2. Subhanallaaah.... Terimakasih banyak Participasinya yaaa

    BalasHapus