Selasa, 20 Januari 2015

Don't Ask Me To Be Your Valentine (#FF)



Matahari kian meninggi, namun tak menyurutkan langkah kaki Rani menuju perpustakaan kota. Di sanalah dia akan bertemu Aldo, kakak kelasnya yang jago matematika.

Sudah beberapa kali Rani minta diajari mengerjakan tugas matematika di waktu istirahat pelajaran, terakhir Aldo mengajak bertemu di perpustakaan kota. Agar bisa lebih leluasa mengajari, begitu katanya.

Begitu memasuki ruang perpustakaan, mata gadis berkerudung hijau pupus itu tertumbuk pada sosok berkemeja krem di sudut ruangan. Segera dihampirinya lelaki itu.
“Ehm, dah lama nunggu, Kak?” Sapa Rani,
Sosok itu nampak terkejut, secepat kilat diraihnya tas yang tadi tergeletak di meja dan diletakkan begitu saja di kolong.
“Eh..., nggak. Nggak lama. Ayo duduk!” Jawabnya

Dengan santai Rani mengambil posisi di hadapan Aldo, membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku paket matematika kelas 11. Tak lama kemudian mereka asyik membahas soal-soal statistika di buku itu.

***
Aldo mendongak melihat jam dinding perpustakaan yang terletak persis di atas Rani.

“Sudah jam 4 kurang 10 menit, Ran. Sebentar lagi perpustakaan tutup.” Ujarnya,
“Aduh... tanggung nih, padahal masih satu soal lagi.” Sahut Rani sambil tetap menulis.
“Hmm...”
“Oya, Rani ingat sekarang tanggal berapa?” Lanjut Aldo setengah berbisik,
Dengan cuek, Rani menjawab “Tanggal 14 Februari. Udah ah, jangan diajak ngomong terus... lagi serius.”,
“Rani... i just wanna ask you to be my Valentine.” Bisik Aldo sambil mengulurkan sebuah cincin perak dengan lambang hati,

Seketika Rani menghentikan aktivitasnya, Dia membelalakkan mata sipitnya.
“What???” Tanyanya setengah berteriak, beberapa pasang mata melihat ke arah mereka.
Aldo terkejut, tak menyangka akan mendapatkan respon seperti itu. Dengan tergesa Rani memasukkan buku dan alat tulisnya lalu bangkit dan berlari keluar.

“Rani, tunggu!” Teriak Aldo di belakangnya.

***
“Rani, kamu kenapa? Kamu nggak suka?” Tanya Aldo saat mereka sudah berada di luar perpustakaan.
Rani berhenti, dia membalikkan badannya dan menatap Aldo dengan marah.
“Kakak nggak tau? Aku ini anak Rohis. Kerudungku aja selebar ini, bisa buat terbang! Siapapun juga tau, anak Rohis nggak Valentin-an. Aku anti pacaran, tauk!” Jawabnya dengan marah. Gadis itu tersinggung berat.

Aldo terdiam, Rani segera berlari pulang meninggalkan kebisuan.

***
“Teganya Kak Aldo! Masa’ Rani disamain sama cewek-cewek yang mau aja dipacarin. Masa’ Rani dianggap cewek murahan!” Ungkap Rani pada Bundanya. Dia biarkan air matanya mengalir membasahi pundak Bunda tercinta.

Bunda membelai kerudung Rani dengan lembut, “Rani sayang, ingat tidak pesan Bunda ketika Rani lulus SMP?”

Rani menerawang ke masa itu.
Sepulang acara wisuda kelulusan SMP, dia berdua saja dengan Bunda di dalam angkot menuju ke rumahnya. Bunda tampak bangga dengan kelulusan Rani, sekaligus cemas.

“Rani, sekarang anak Bunda makin besar. Ibarat bunga, semakin mewangi. Jaga pergaulanmu baik-baik, ya Nak. Kasihani Almarhum Abah juga...”
“Bunda bersyukur Rani sudah berhijab sempurna, dengan jilbab dan kerudung lebar. Tapi godaan pergaulan tak akan pernah surut. Ingat syari’at agama kita...” Lanjut Bunda,
 Rani tertawa kecil, “Alah... Rani ngerti, kok. Nggak boleh pacaran, kan? Rani nggak mau pacaran, maunya nikah aja.”
Bunda tersenyum tipis, “Bukan Cuma pacarannya, Nak. Tapi jalan menuju ke sana juga harus kamu hindari. Berakrab-akrab, berdua-duaan dengan laki-laki juga harus dijauhi. Kita tidak tahu pintu masuknya syaithon itu dari mana.”
“Gampang lah itu, Bunda... Lagian cowok juga kalo liat yang pakaiannya kayak gini mana mau ndeketin.” Sahut Rani sambil menjentikkan jarinya.

***
Kini Rani faham, dia sudah merasakan apa yang dikhawatirkan Bunda. Kelalaiannya membuahkan noda di hati Aldo, dan juga di hatinya. Dia nyaris terseret...

Air matanya semakin deras, dipeluknya Bunda erat-erat.
“Ampuni Hamba, ya Allah... Hamba salah, hamba telah lalai. Hamba akan lebih menjaga pergaulan hamba sebagaimana rambu-rambu yang telah Kau gariskan.”

Bunda menitikkan air mata dalam keharuan, Ia bahagia putrinya telah kembali sebelum terjerumus lebih dalam.
(Rawagede, 20/01/2015)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar