Selentingan
kabar bahwa kau kembali ke kota ini telah sampai di telingaku. Pendukung-pendukungku
tlah mengabarkannya, dengan sukacita mereka mendorongku menemuimu. Namun aku
tak sanggup, Wie... Ku hanya bisa mendo’akanmu dari sini, dari rumah berdinding
papan ini.
Aah...cinta
monyetku, aih... jangan monyet dong! Aku dan kamu kan manusia. Aku tak pernah
lupa semburat merah di wajahmu kala teman-temanmu menjodoh-jodohkan kita hanya
karena sama-sama kurus. Aku juga ingat salah tingkahmu kala aku diutus bu guru
memanggilmu ke ruang guru. Wie, perasaanku itu tumbuh sejak kita berseragam
putih-merah meski tak pernah kuungkapkan.
Kini kita
telah satu kota lagi, meski belum sekalipun aku melihatmu kembali. Kau
bersekolah di SMA favorit, sementara aku hanya di SMA nomer dua di kota kita.
Banyak hal yang menjauhkan kita, Wie. Aku sadar sepenuhnya. Namun aku tak sabar
ingin selalu mendengar apapun tentangmu, dari pendukung-pendukung cintaku yang
selalu ramai berceloteh tentangmu setiap kami berkumpul.
Namun kau
selalu ada dalam do’a malamku. Aku ikut terharu saat mendengarmu telah menutupi
auratmu dengan rapat, meski bukan siapa-siapamu aku tak rela banyak laki-laki
menikmati keindahan fisikmu. Begitupun saat terakhir kali kudengar kau lulus
UMPTN dan masuk UI, aku langsung sujud syukur untukmu. Sedangkan aku sendiri?
Ah...belajar di universitas kehidupan yang terhampar di setiap sudut-sudut kota
cukuplah itu. Aku tak berani mengukir mimpi setinggi langit.
Entah dimana
kau kini berada, Wie. Pasti sekarang kau sudah bahagia bersama suami dan
anak-anakmu, sebagaimana aku sangat berbahagia dengan istriku. Aku bersyukur
jika hidupmu tetap berkecukupan seperti masa kecilmu, aku bahagia jika suamimu
bisa membahagiakanmu (selain dengan cinta) juga dengan hartanya. Karena kutahu,
denganku kau tak kan dapatkan itu.
Sudahlah Wie,
saatnya mengakhiri cerita cintaku padamu, meski kini tlah beda makna. Di sini
ada istriku, meski tak sehebat engkau, namun dengannya aku percaya diri sebagai
laki-laki. Di sampingnya aku percaya ku bisa bahagiakan dia, dan aku bangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar