Jumat, 26 April 2013

#EdisiKeranjinganBikinFF# Pengagum Rahasia


                Selentingan kabar bahwa kau kembali ke kota ini telah sampai di telingaku. Pendukung-pendukungku tlah mengabarkannya, dengan sukacita mereka mendorongku menemuimu. Namun aku tak sanggup, Wie... Ku hanya bisa mendo’akanmu dari sini, dari rumah berdinding papan ini.
               Aah...cinta monyetku, aih... jangan monyet dong! Aku dan kamu kan manusia. Aku tak pernah lupa semburat merah di wajahmu kala teman-temanmu menjodoh-jodohkan kita hanya karena sama-sama kurus. Aku juga ingat salah tingkahmu kala aku diutus bu guru memanggilmu ke ruang guru. Wie, perasaanku itu tumbuh sejak kita berseragam putih-merah meski tak pernah kuungkapkan.
Kini kita telah satu kota lagi, meski belum sekalipun aku melihatmu kembali. Kau bersekolah di SMA favorit, sementara aku hanya di SMA nomer dua di kota kita. Banyak hal yang menjauhkan kita, Wie.  Aku sadar sepenuhnya. Namun aku tak sabar ingin selalu mendengar apapun tentangmu, dari pendukung-pendukung cintaku yang selalu ramai berceloteh tentangmu setiap kami berkumpul.
Namun kau selalu ada dalam do’a malamku. Aku ikut terharu saat mendengarmu telah menutupi auratmu dengan rapat, meski bukan siapa-siapamu aku tak rela banyak laki-laki menikmati keindahan fisikmu. Begitupun saat terakhir kali kudengar kau lulus UMPTN dan masuk UI, aku langsung sujud syukur untukmu. Sedangkan aku sendiri? Ah...belajar di universitas kehidupan yang terhampar di setiap sudut-sudut kota cukuplah itu. Aku tak berani mengukir mimpi setinggi langit.
Entah dimana kau kini berada, Wie. Pasti sekarang kau sudah bahagia bersama suami dan anak-anakmu, sebagaimana aku sangat berbahagia dengan istriku. Aku bersyukur jika hidupmu tetap berkecukupan seperti masa kecilmu, aku bahagia jika suamimu bisa membahagiakanmu (selain dengan cinta) juga dengan hartanya. Karena kutahu,  denganku kau tak kan dapatkan itu.
Sudahlah Wie, saatnya mengakhiri cerita cintaku padamu, meski kini tlah beda makna. Di sini ada istriku, meski tak sehebat engkau, namun dengannya aku percaya diri sebagai laki-laki. Di sampingnya aku percaya ku bisa bahagiakan dia, dan aku bangga.

               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar